Breaking News

Komnas Perlindungan Anak : ANAK DENGAN KETERGANTUNGAN LEM DAN BENSIN MENINGKAT DI INDONESIA




Anak korban ketergantungan dengan lem,bensin dan zat adiktif lainnya di Kota Medan


Laporan : Arist Merdeka Sirait





INIKABAR.com , Jakarta - 31/01/ 2019 : Anak dengan ketergantungan lem dan bensin ditengah-tengah kehidupan anak yang tinggal di jalanan sudah sangat memprihatinkan.





Anak dengan mabuk lem dan bensin tersebut   telah menjadi           "trend" di dalam kelompok anak jalanan dengan usia rata-rata mereka  di bawah umur. Keberadaan mereka telah tersebar di berbagai tempat tempat di Indonesia.  





Dari penelusuran Relawan Dahabat Anak Indonesia di berbagai kota,  kegiatan anak jalanan Ini kebanyakan bekerja sebagai pengamen pemulung yang selalu dalam aktivitasnya menenteng kaleng atau botol mineral yang berisi bahan bakar bensin  kemana pun mereka pergi dan berada sambil sesekali menghirup dan menyedotnya.





Ironisnya mabuk lem dan bensin serta zat adiktif lainnya  sudah menjadi wabah yang banyak dikonsumsi anak-anak dari usia 10 sampai 14 tahun yang  hidupnya di jalan.





"Saat mengkonsumsi lem dan bensin itu rasanya eunaak tenan Bang". "Kita mau terbang seperti Superman,  kita bisa kok bun", kata Udin Petot (11) anak jalanan yang ditemui di salah satu taman kota oleh relawan sahabat anak Indonesia di kota Medan Sumatera Utara.   





"Kalau kita mau jadi artis yang banyak penggemar,  setelah kita mengkonsumsi lem dan bensin itu bang",  rasanya saat kita mengamen di atas bis,  seraya kita di atas panggung dengan sorak-sorai penonton, seakan penggemar kita melambaikan tangan ingin minta tambah lagu untuk dinyanyikan. 





"Perasaan dunia ini milik kita Kak",  kata Luman pengamen jalanan usia 14 tahun sambil menyedot lem yang ada di tangannya saat ditemui di salah satu pojok Taman Kota di bawah jembatan Ampera Palembang.





Sebaran keberadaan  anak dengan ketergantungan lem bensin dan zat adiktif lainnya itu telah mewabah di berbagai daerah di tingkat kota kabupaten dan provinsi dan jumlahnya cukup tinggi . Diperkirakan ada ratusan ribu anak telah tergantung zat adiktif





Memang  belum ada pendataan jumlah yang pasti namun sudah dapat  diperkirakan jutaan anak telah terperosok dan terjerembab dalam ketergantungan lem dan  bensin dan zat adiktif lainnya.





Sebaran anak dengan ketergantungan lem dan bensin itu sudah sangat memprihatinkan sudah di hampir seluruh tempat wabah anak-anak ketergantungan zat aditif ini selain narkoba sangat mudah ditemukan.





Menurut data hasil pendataan Komnas Perlindungan Anak bersama Relawan Sahabat Anak Indonesia di berbagai tempat, anak dalam ketergantungan  zat afiktif  ini juga dapat ditemukan di kota Medan,  Siantar, Simalungun, Manokwari dan Sorong,  Jayapura, Palembang,  Bengkulu, Jambi, demikian juga di Lampung, Padang, Pangkal Pinang, Banten, dan  Jakarta,  Semarang Yogyakarta,  Bandung-Sukabumi,  Surabaya, Banjarmasin, Pontianak, demikian juga di Kota Samarinda,  Kupang,  Makassar dan Maros.





Di Belitung Timur lebih parah lagi. Banyak anak ditemukan mengkonsumsi obat batuk yang dijual di warung-warung dan di pinggir pinggir jalan  di kota itu lalu dicampur dengan air rebusan softex dan diaduk menjadi satu dengan hormon yang biasanya digunakan ibu hamil sehingga menimbulkan efek senang dan play.





Jika sulit mendapatkan lem,  bensin lah yang menjadi alternatif penggantinya.





Bensin dimasukkan dalam botol mineral di tenteng kemudian di hirup bisa sambil berjalan maupun duduk di pojok pojok yang sepi, demikian dijelaskan Arist kepada Komnas Anak TV.





Merespon hasil temuan Relawan Sahabat Anak di Indonesia dari berbagai kota di Indonesia,  Arist Merdeka Sirait selaku ketua umum Komnas Perlindungan Anak mendesak semua pihak perlunya pengawasan khusus dari orang tua terhadap perkembangan perilaku dan pergaulan anak yang masih tergolong anak-anak dengan memberikan pendidikan dan penanaman nilai-nilai agama. Kemudian  dekatkan anak-anak kita dengan kegiatan keagamaan dan ibadah dan orang tua harus memberikan extra perhatian dan khusus  terhadap keluarga.





Orang tua wajib mengurangi menggunakan gadget dalam berkomunikasi  dengan anak dan keluarga, serya  perbanyaklah ibadah, dialog dan berinteraksi dengan anak-anak dalam keluarga.





Arist mengharapkan,  menghadapi wabah menakutkan ini,  pemerintah wajib hukumnya hadir untuk menyelamatkan anak-anak kita ini. Jangan biarkan masyarakat dan para pegiat Perlindungan Anak berjalan sendiri. 





Menghadapi fenomena ini, demi kepentingan terbaik anak,  pemerintah dari berbagai daerah mesti dan Wajib hadir dalam menghadapi merespon fenomena dan masalah sosial anak ini, demikian ditegaskan  Arist Merdeka Sirait usai mengisi acara  merdeka dalam dialog pagi di Studio  Komnas Anak TV di bilangan Pasar Rebo,  Jakarta Timur.

BACA JUGA YANG LAINNYA