KPU Subang Tak Gunakan Quick Count Melainkan Real Count
INIKABAR.com , JAWA BARAT - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Subang Jawa Barat, setelah usai melakukan pencoblosan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Subang, pada tanggal 27 Juni 2018, menegaskan masyarakat subang hendaknya bersabar menanti hasil akhir pemenang Pilkada Subang 2018, pasalnya Subang tak menggunakan sistem penghitungan cepat (Quick Count), akan tetapi menggunakan sistem menghitung perolehan suara berdasarkan data yang masuk (Real Count).
Hal ini Komisioner Divisi Teknis KPU Kabupaten Subang Ahmad Koncara menegaskan, dalam menghitung perolehan suara Pemilu Kepala Da erah (Pilkada) Serentak KPU hanya melaku kan real count atau menghitung perolehan suara berdasarkan data yang masuk.
“Kami KPU tidak menggunakan sistem quick count tetapi akan melakukan real count berda sarkan data yang masuk. Tak ada quick count tetapi real count,” tegas Ahmad, Rabu (27/6/2018) malam.
Selanjutnya untuk melakukan entri data, pihak KPU telah menyiapkan 50 unit komputer dengan 20 unit pemindai (scanner) yang didukung 50 tenaga operator. “Untuk mempercepat kerja kami tambah operator 20 orang dari semula hanya 30 orang operator. Sekarang adi semua nya 50 orang operator,” ungkapnya.
Menurutnya berdasarkan data perolehan suara yang akan dientri dengan cara memindai (scan) data yang model C dan C1-KWK.
“Pertama kali kami akan entri scan model C dan C1-KWK untuk Pilkada Gubernur setelah itu baru beranjak ke pindai untuk Pilkada) Bupati,” katanya.
Selain itu untuk melakukan Real Count, menggunakan tempat di Hotel Face, sebagai lokasi entri data, alasannya adalah karena aula di KPU sebagian terpakai untuk Rumah Pintar Pemilu (RPP).
“Ya..dengan jumlah tenaga 50 orang dan pergerakan data dan sebagainya kita pandang ruangan KPU yang sudah terbagi dengan RPP itu tidak representatif. Ditambah dengan 65 box container untuk menyimpan data Pilkada Gubernur maupun Bupati,” jelasnya.
Kedatipun demikian untuk listrik dan kecepatan jaringan internet, dibutuhkan yang lebih besar lagi.
“Sedangkan (ketersediaan) listrik dan kecepatan internet kita perlu yang lebih besar,” pungkasnya.
Penulis : Deny Suhendar