Breaking News

Tepis Hoax, Jodhi Yudono: Anggota IWO Harus Jadi Penulis Berkualitas







INIKABAR.com , MALUKU UTARA – Wartawan online yang tergabung dalam Ikatan Wartawan Online (IWO) diharapkan di tengah pusaran pilkada dan berita hoax, media serta jurnalis harus independen.


Pasalnya, media sebagai penyampai pesan dan penyampai berita diminta mampu menyediakan informasi dengan berita-berita yang benar-benar valid dan terverifikasi.


Demikian disampaikan Ketua Umum IWO Indonesia Jodhi Yudono dalam Diskusi Publik bertema “Media di Tengah Pusaran Pilkada dan Berita Hoax”, yang digelar IWO Kota Ternate, di Dhuafa Center Ternate, Maluku Utara, Minggu (1/4/2014).


“Penulis yang baik adalah pembaca yang baik oleh sebab itu rekan-rekan jurnalis harus banyak membaca sehingga tulisan kita akan berkualitas,” tuturnya.


Sementara narasumber lainnya yakni Kapolres Ternate, AKBP Azhari Juanda, S.IK menambahkan, di tengah pusaran pilkada dan berita hoax, media harus berada di posisi netral dan harus bertindak secara profesional.


Dia berpesan, media harus menjaga integritasnya, sehingga tidak terjerumus masuk ke dalam pusaran pilkada dalam arti menjadi alat politik dari pasangan calon partai politik tertentu.


“Sehingga tidak terjebak dalam pusaran berita-berita hoax (menjadi bagian pembuat atau penyebar berita hoax),” ucap Azhari.


Ditekankan olehnya, media harus menjadi penyejuk suasana dengan memberitakan informasi yang berimbang dan tidak mengandung unsur-unsur provokatif.


“Kita berharap agar media berperan aktif dalam rangka menekan atau meminimalisir penyebaran berita hoax di media sosial,” pinta dia.


Sementara, Pemerhati Komunikasi dari Universitas Bung Karno, Arman Panigfat menyampaikan, berita hoax merupakan berita yang tidak bertanggung jawab.


“Hal ini dapat dipengaruhi oleh karakter/budaya masyarakat kita di mana kita latah dan senang menyebarkan berita-berita yang padahal dia sendiri tidak tahu apa isi berita tersebut,” ujarnya.


Arman menilai, masyarakat kekinian kerap sekedar ikut-ikutan, menyebar berita-berita yang mengandung hoax tersebut, apalagi di saat masyarakat sedang dalam era euforia media sosial (medsos).


“Peran media sebagai pencerah masyarakat dituntut untuk mampu memberikan pendidikan bagaimana berpolitik yang baik serta menjadi penerima berita yang bijak melalui pemberitaan-pemberitaan yang berkulitas,” ucap dia.


Menurut dia, profesioanalisme penulis sudah diatur, tinggal dipedomani dan patuhi saja. “Rekan-rekan IWO punya tanggung jawab untuk mendidik masyarakat dalam berpolitik yang baik dan pengguna media sosial yang bijak,” imbuhnya.


Selain itu, sambungnya, peran media haruslah independen dalam Pilkada serta menolak dengan keras berita hoax maupun isu SARA.


“Jurnalis harus cerdas dalam menanggapi berita hoax yang beredar di medsos dan menjadi penetralisir suasana. Selain itu media harus mendukung upaya Polri dalam memerangi hoax,” ucap pengajar Ilmu Komunikasi di universitas tersebut.


Sedangkan, Ketua IWO Provinsi Maluku Utara Rahman Mustafa menilai munculnya berita hoax sejak beberapa tahun ini telah mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat Indonesia saat ini.


“Masyarakat kita lebih senang dengan berita-berita yang heboh dan tanpa sadar ikut-ikutan menyebarkannya,” ujar Rahman.


Karenanya, media punya peran penting untuk memberitakan berita yang berimbang.


Apalagi, lanjutnya, di saat momen Pilkada seperti ini, isu-isu hoax sangat berkembang, sehingga untuk mengimbangi itu maka media harus menjadi sarana sebagai kontrol.


“Di situlah peran IWO ambil bagian dengan mengedepankan independensi dan IWO harus komitmen untuk menolak hoax. Apalagi, Pengurus Pusat IWO sudah mengeluarkan kebijakan bahwa IWO tidak boleh terlibat dalam politik,” tutup Rahman, dalam diskusi yang dimediatori oleh Ketua IWO Kota Ternate, Budiman L Mayabubun. (Dudun Hamidullah)

BACA JUGA YANG LAINNYA