Prabowo Subianto: Paradoks Indonesia, Negara Kaya Tapi Rakyat Miskin
INIKABAR.com , JAWA BARAT - Dalam Rangkaian Kegiatan yang diinisiasi langsung oleh Ketua Umum/KDP Gerindra H. Prabowo Subianto yakni "Prabowo Menyapa Warga Jawa Barat" dengan Tag Line "Kembalikan Indonesia kepada Rakyat Indonesia" di Kabupaten Bekasi yang berlangsung di Ball Room Hotel Holiday Inn Jababeka pada hari Sabtu, 31 Maret 2018 pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai.
Dalam kesempatan yang dihadiri oleh sekitar 1500 orang Kader Partai Gerindra beserta sayap partainya dan tamu undangan jebolan Akabri Angkatan Ke- IV tahun 1970 dengan nama lengkap Prabowo Djojohadi Kusumo ini menitikapikan Pandangan Strategis bertajuk Paradoks Indonesia, "Negara kaya, tetapi masih banyak rakyat hidup miskin".
Prabowo Subianta menguraipaparkan Paradoks Indonesia adalah "kejanggalan" tentang kondisi yang terjadi di Indonesia. Negara kita kaya akan sumber daya alam dam sumber daya manusia. Namun mengapa madih banyak rakyat Indonesia yang hidup miskin dan lapar?, mengapa negara kita terus berutang?, mengapa kekayaam kita terus mengalir ke luar negeri? Kondisi seperti ini yang disebut Mantan Danjen Kopasus ke-8 dengan sandi 08 ini disebut sebagai Paradoks Indonesia.
Masih menurut Jenderal Kharismatik yang lahir di Jakarta, 17 Oktober 1951 ini, potret kekayaam Indonesia : Luas daratan seluas benua Eropa, Negara lepulauan terbesar di dunia, Garis pantai terpanjang dan terluas ke-2 di dunia, Sumber daya alam yang melimpah berupa potensi tambang, hutan, pertanian, perkebunan, peternakan perikanan/kelautan, Keragaman suku, bahasa, religi dan seni budaya.
Prabowo juga menyoroti bahwa saat ini jumlah rakyat miskin Indonesia yang semakin miskin sebanyak 26,9 % atau 68 juta jiwa karena hidup di bawah standar Bank Dunia (2015) yaitu berpenghasilan di bawah US$ 1,3 atau Rp. 17.000 per hari. Kenyataan saat ini jumlah rakyat Indonesia yang miskin makin meningkat karena kenaikan biaya hidup (BBM, listrik, gas elpiji, sembako, transportasi, pedidikan, kesehatan dll) yang diperparah minimnya lapangan pekeejaaan dan masuknya tenaga kerja asing ilegal.
Putra dari Begawan Ekonomi Indonesia (Prof. Soemitro Djojohadikusumo) dan cucu dari pendiri Bamk Negara Indonesia (Margono Djojohadikusumo) menilai bahwa Sistem ekonomi yang diterapkan saat ini terbukti lebih menguntungkan segelintir orang atau kelompok dibandingkan mayoritas rakyat Indonesia. Ekonomi Indonesia lebih dinikmati oleh masyarakat yang memiliki kekuatan modal dibandingkan rakyat miskin Indonesia.
Kekayaan Nasional mengalir ke luar negeri (net outflow of national wealth) yang ditandai dengan : Ekspor Indonesia lebih banyak berupa bahan mentah sehingga nilai tambah dari industri pengolahan yang lebih dinikmati bangsa asing, Ketergantungan terhadap impor dan ketidakmampuan Bangsa Indonesia untuk memproduksi barang-barang jadi yang menyebabkan keuntungan lebih banyak dinikmati oleh negara lain.
Jebolan Akabri dengan Nomor AK 700378 ini berkesimpulan bahwa Paradoks Indonesia yang terjadi disebabkan oleh : 1). Pengelolaan negara yang salah urus, 2). Sistem ekonomi yang keliru, 3). Pemerintahan yang tidak kuat, 4). Elit pemimpin bangsa yang berkhianat.
Kita harus kembali kepada Pasal 33 UUD 1945 sesuai yang diamanahkan oleh pendiri bangsa Indonesia, Soekarno dan Hatta dengan melaksanakan Sistem Ekonomi Pancasila atau Ekonomi Kerakyatan.
Sistem Ekonomi Neo- Liberal yang sekarang ini diterapkan adalah pasar bebas dan prinsip menetes ke bawah yang menyebabkan "orang kaya semakin kaya, orang miskin semakin miskin".
Solusi terbaik adalah kembali kepada Pasal 33 UUD 1945 :
Ayat 1 Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan, Ayat 2 Cabang-cabang produksi uang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, Ayat 3 Bumi dan air fan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Selain itu ada 6 Program Aksi Transformasi Bangsa yakni :
1. Membangun ekonomi yang Kuat, Berdaulat, Adil dan makmur.
2. Melaksanakan Ekonomi Kerakyatan
3. Membangun Kedaulatan Pangan dan Energi serta Pengamanan Sumber Daya Air.
4. Mrningkatkan Kualitas Pembangunan Manusia Indonesia Melalui Program Pendidikan Kesehatan, Sosial dan Budaya
5. Membangun Infrastruktur dan Menjaga Kelestarian Alam serta Lingkungan Hiduo.
6. Membangun Pemerintah yang Bebas Korupsi, Kuat, Tegas dan Efektif.
Pungkas Prabowo Subianto yang memiliki wawasan kebangsaan yang mendalam terhadap kondisi atau permasalahan bangsa dan negara Indonesia.
(Agus S. Yusboyadi)