Sepuluh Tahun Sahiruddin Dg. Nompo Lakoni Kehidupan Sebagai Pemulung di Tanah Rantau
INIKABAR.com , SULAWESI SELATAN - Hijrah dari kampung halaman Desa Bontosunggu, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto Sulawesi-Selatan dan memilih hidup di tanah rantau, Kabupaten Kepulauan Selayar menjadi keputusan yang sudah sepuluh tahun dilakoni oleh Sahiruddin Dg. Nompo, di usia rentah.
Pilihan merantau ke kabupaten Kepulauan Selayar diputuskan Sahiruddin Dg. Nompo pada tahun 2005 silam disertai pengharapan kehidupan ekonomi keluarganya akan jauh lebih baik.
Namun fakta membuktikan, kehidupan keluarga Sahiruddin Dg. Nompo tidak jauh lebih baik. Karena di tanah rantau, Sahiruddin Dg. Nompo harus melakoni kehidupan sebagai penarik becak dan memulung kardus-kardus bekas yang dibuang warga ke tong sampah.
Profesi memulung rutin dilakukan Dg. Nompo pada setiap sore hari menjelang tenggelamnya matahari. Aktivitas keliling kota Benteng dilakoni Sahiruddin Dg. Nompo dengan mengandalkan becak butut miliknya sembari melirikkan mata ke tong sampah yang diletakkan warga di tepi jalan umum.
Dari tong sampah, Sahiruddin Dg. Nompo berharap dapat menemukan kardus bekas dan atau kemasan minuman kaleng bekas sebagai penyambung harapan kehidupan ekonomi keluarga. Dalam sehari, Sahiruddin Dg. Nompo mengaku dapat mengumpulkan empat belas kilo kardus bekas dan tiga kilo kemasan minuman kaleng bekas.
Usai memulung dengan menggunakan becak butut miliknya, Sahiruddin Dg. Nompo langsung bergegas menuju ke pedagang penampung karton bekas langganannya. Karton-karton bekas bersama kemasan minuman kaleng kosong yang telah dikumpulkannya lalu dijual ke pedagang pengumpul seharga seribu rupiah per kilo.
Dalam sehari, Sahiruddin Dg. Nompo mengaku hanya bisa meraup keuntungan sampai empat belas ribu rupiah yang diperoleh dari hasil penjualan kardus bekas. Bila nasib lagi mujur, Sahiruddin Dg. Nompo bisa mengumpulkan uang sebesar enam belas ribu rupiah. Tambahan uang sebesar tiga ribu rupiah dikumpulkan Sahiruddin Dg. Nompo dari hasil penjualan kemasab minuman kaleng bekas yang dihargai seribu rupiah perkilogram.
Hasil penjualan kardus bekas dan kemasan minuman kaleng kosong itu diharapkan Sahiruddin Dg. Nompo akan dapat menjadi penyambung harapan kehidupan keluarga dan membuat asap dapur rumahnya tetap mengepul.
Sementara uang hasil menggoyang becak, dikumpulkan Sahiruddin Dg. Nompo untuk menutupi kebutuhan biaya pendidikan putera-puterinya. Pengakuan ini dilontarkan Sahiruddin Dg. Nompo dalam perbincangan dengan wartawan pada hari Jum’at, (23/02/2018) sore di sela-sela aktivitas rutinnya mengumpulkan kardus-kardus bekas di ruas Jl. Jend. Sudirman Benteng.
Pada season perbincangan itu, Sahiruddin Dg. Nompo mengaku selama sepuluh tahun berdomisili di Kabupaten Kepulauan Selayar, dia sama sekali tak pernah tersentuh perhatian maupun bantuan uluran tangan pemerintah, termasuk bantuan beras bersubsidi untuk keluarga sejahtera (rastra). (fadly syarif)